Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar) 4. Betsyku bersih dan putih sekali Lunak dan halus bagaikan karet busa. Rambutnya merah tergerai 0 Responses to “DASAR-DASAR ANALISIS PUISI” Posting Komentar. Langganan: Posting Komentar (Atom) Labels. ARTIKEL (7) MATERI (9) SASTRA (3) TUGAS (9) Ads 468x60px. Arsip Blog
Tulisan ini merupakan tugas Pelatihan Daring Program Guru Pembelajar yang diunggah ke Kelas KK F Jember. Disusun Oleh M. Nasiruddin Timbul Joyo SMP PGRI Jengawah SENJA DI PELABUHAN KECIL Karya Chairil Anwar Buat Sri Aryati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap 1946 Analisis Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil’ Karya Chairil Anwar Struktur Batin puisi adalah Struktur yang ada dalam puisi yang berkaitan dengan makna puisi. Makna puisi dapat dikupas berdasarkan empat jenis paparan yaitu berkaitan dengan tema, feeling atau perasaan penyair tentunya berdasarkan pengamatan pembaca puisi, nada atau suasana puisi, yang terakhir adalah amanat. 1. Tema Puisi Senja di Pelabuhan Karya Chairil Anwar’ Tema yang ada dalam puisi di atas adalah tema Kemanusiaan’ lebih spesifik lagi tentang persaan Aku’ si penyair kepada orang yang tidak lagi dicintaiya’. Merujuk pada penjelsan judul Buat Sri Aryati’, maka puisi tersebut bertema tentang perasaan cinta yang sudah hilang dari seorang aku’ kepada kekasihnya yang bernama Sri Aryati’. Ini kali tidak ada yang mencari cinta Baris pertama puisi tersebut menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi yang mencari cinta. Ini kali merupakan ciri khas Chairil untuk menulis Kali ini, analisis semacam ini bisa dilhat di Di bagian akhir puisi, ada baris yang berbunyi Menyisir semenanjung, masih pengap harap Menunjukkan bahwa harapannya masih belum ada, masih pengap. Sementara di akhir puisi, sedu penghabisan bisa terdekap. Menunjukkan bahwa dia mulai bisa menguasai diri dengan menahan sedu atau kesedihannya yang kehilangan kekasihnya. 2. Feeling atau Perasaan Penyair dalam Puisi Senja di Pelabuhan Karya Chairil Anwar Perasaan Penyair yang ada dalam puisi di atas adalah perasaan cinta yang putus asa. Hal itu tergambar dari pilihan kata yang sangat keputus asaan. Kapal, perahu tiada berlaut Tiada lagi. Aku Sendiri. Berjalan Baris-baris di atas menunjukkan bahwa aku’ sedang kesepian dan putus asa terhadap keadaannya. Keputus-asaan itu semakin jelas tergambar dalam baris yang berbunyi Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan Tiba di ujung menunjukkan bahwa itu sebuah akhir perjalanan. Perjalanan yang dimaksud adalah usaha untuk menemukan cintanya. Bahkan diakhiri selamat jalan’. Selamat jalan merupakan salam perpisahan. 3. Nada dan Suasana dalam Puisi Senja di Pelabuhan Karya Chairil Anwar Suasana yang tergambar dalam puisi karya Chairil Anwar tersebut merupakan susana sedih. Hal ini terlihat dari beberapa kata yang digunakan misalnya kelam, muram, senja, rumah tua, pengap. Masing-masing kata di atas menunjukkan kesedihan. Judul puisi Senja di Pelabuhan Kecil’ Kata senja menunjukkan akhir hari dan datangnya gelap. Beda dengan pagi hari dan siang hari yang identik dengan keceriaan. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang Kata kelam dan muram menunjukkan suasana kesedihan. Seperti halnya senja, kelam menunjukkan kesedihan. Muram, adalah kondisi yang berlawanan dengan ceria. Begitu juga dengan rumah tua dan pengap merupakan kondisi yang tidak nyaman. Kondisi yang memunculkan kesulitan dan ketidak-nyamanan. Rumah tua, yang masih bagus dan nyaman ditempati pasti disebu dengan rumah antik atau rumah kuno sementara kondisi pengap menunjukkan kesulitan bernafas. Baca Juga Kata Konkret dalam Puisi Senja di Pelabuhan Kecil 4. Amanat Puisi Senja di Pelabuhan Karya Chairil Anwar Adapun amanat yang terkandung dalam puisi karya Pelopor Angkatan 45 tersebut adalah Janganlah bersedih terus-menerus. Hentikan usaha bagi sesuatu yang sudah tidak mungkin lagi diraih apalagi dalam hal percintaan. Teruslah berjalan, mencari pemberhentian kesuksesan yang lain karena di tempat lain yang terus kita jalani “di pantai ke empat” berarti setelah melalui beberapa perjuangan baru kesedihan akan bisa ditahan “sedu penghabisan bisa terdekap”. Materi ini tidak dapat disalin-tempel copy-paste tetapi dapat didownload. Silahkan download dengan mengkeklik tautan berikut ini Unduh Selamat belajar Puisi! Teruslah mencari informasi yang tepat tentang puisi, Salam Pustamun!
Rabu 02 Agustus 2017. Contoh Soal Kata Konotasi dan Lambang dalam Puisi - Kata konotasi atau kata kiasan adalah kata yang memerlukan penafsiran untuk mengetahui isi/maknanya. Kata-kata konotasi/kiasan mengandung makna ganda (makna konotatif) sehingga untuk memahaminya seseorang harus menafsirkannya dengan melihat bagaimana hubungan
inproceedings{Rostina2021ANALISISP, title={ANALISIS PUISI “SENJA DI PELABUHAN KECIL” KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MIMETIK}, author={Rostina S Rostina and Rochmat Tri Sudrajat and Aditya Budi Permana}, year={2021} }Karya sastra bukan hanya sebuah bentuk karya yang mengandung keindahan namun karya sastra juga mengandung makna di dalamnya. Puisi merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif, dirangkai dengan kata yang estetis dan sederhana namun tidak mudah dipahami oleh para pembaca terlebih tanpa ilmu dalam menganalisis puisi. Seringali makna puisi dianalogikan ke dalam objek lain sehingga makna puisi tersembunyi dibalik eloknya kata. Puisi dapat menjadi motivasi bagi para pembaca terlebih untuk… 2 Citations14 ReferencesHatiku Selembar Daun" karya Sapardi Djoko Darmono. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia2018Teori pengantar fiksi1981Analisis lagu marudan marlaniari karya Hj. Farida Matondang dengan pendekatan mimetik2017
Hasil analisis yang diperoleh adalah bahwa pada puisi ‘’senja di pelabuhan kecil’’ ini berjenis lirik yang dikemas dengan sudut pandang berbeda, dibuktikan dengan tema luapan batin seseorang ,serta bagian sikap pengarang maupun situasi batin yang melingkupinya, rasa dan situasi yang berada jauh tepat di dalam karya tersebut penuhChairil Anwar sosok pelopor puisi angkatan 45 yang khas dengan gaya bahasa tegas. Sumber Foto sastra puisi sudah menggema sejak angkatan Pujangga Lama hingga angkatan 1990-an. Karya-karya puisi yang tercipta bukan hanya sekedar baris kalimat tanpa arti. Lewat puisi inilah banyak seruan-seruan yang sungguh berarti, mulai melawan penjajah, mengkritik ketidakadilan, hingga soal kisah kasih. Untuk menjaga agar karya sastra puisi ini tetap eksis dan terus berkembang di Indonesia, salah satu caranya adalah dengan apresiasi sastra. Menurut Aminuddin dalam bukunya Pengantar Apresiasi Sastra, "Istilah apresiasi berasal dari bahsa Latin apreciatio yang berarti ―mengindahkan‖ atau menghargai." Dalam mengapresiasi karya puisi bukanlah suatu yang sulit, salah satu caranya dapat dengan mendalami struktur puisi. Berikut struktur batin yang terdapat dalam puisi Karya Chairil Anwar yang berjudul "Senja di Pelabuhan Kecil".Mengenal Isi Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil""Senja Di Pelabuhan Kecil"Ini kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpautGerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombakTiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekapMendalami Struktur Batin PuisiTema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” tema yang diangkat oleh penulis, yaitu “Cinta Kasih”. Tema ini dipilih oleh penyair karena adanya desakan hati terhadap persoalan cinta yang dihadapinya. Tema “Cinta kasih” di sini tidak selalu diasosiasikan dengan kisah cinta yang indah dan bahagia, seperti halnya pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” cinta kasih tersebut lebih mengarah pada kehilangan dan bersifat menjiwai seluruh isi puisi. Dalam puisi tersebut penyair mengusung tema “Cinta Kasih” yang mengarah pada pada kehilangan dan bait pertama, penyair menggambarkan dilema cinta. Penyair dalam kondisi patah hati masih berharap bisa kembali pada kekasihnya. Hal ini tergambar pada kalimat berikut kali tidak ada yang mencari cintamenghembus diri dalam mempercaya mau berpautDalam bait kedua, penyair menggambarkan suasana hati yang semaik hampa. Selain itu, penyair semakin menyadari bahwa harapan dan kerinduannya untuk kembali pada kekasihnya semakin mustahil. Hal ini tergambar pada kalimat berikut mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangdan kini tanah dan air tidur hilang ombakDalam bait ketiga, penyair menggambarkan situasi yang semakin jelas, dimana kehilangan itu semakin dirasakan oleh penyair. Selain itu juga, di bait ketiga pun menceritakan kehilangan dan kerinduan yang dialami penyair telah mengajarkan penyair untuk ikhlas walau perih dan sedih. Hal ini tergambar pada kalimat berikut lagi. Aku sendiri. Berjalansekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekapPerasaan adalah rasa yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya Waluyo, 1987 134. Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Berikut perasaan penyair yang terdapat pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil”.Puisi tersebut memiliki perasaan sedih karena penyair merasakan bahwa dirinya ditinggalkan oleh kekasihnya. Perasaan tersebut ditunjukkan pada kalimat1 “Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang”2 “Menyinggung muram, desir hari lari berenang”3 “Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak”Puisi tersebut memiliki perasaan putus asa yang ditunjukkan pada kalimat1 “Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut”2 “Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan”3 “Menyisir semenanjung, masih pengap harap”Puisi tersebut memiliki perasaan berharap yang ditunjukkan pada kalimat1 “Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut”2 “Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak”3 “Menyisir semenanjung, masih pengap harap”Dengan perasaan sedih, putus asa, dan berharap, puisi tersebut menggambarkan kondisi dan suasana hati sang penyair ketika melalui kisah cintanya hingga ditinggalkan oleh kekasihnya. Perasaan-perasaan di atas adalah sudut pandang dari pembaca ketika merasakan apa yang dirasakan penyair dalam puisi merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sikap penyair terhadap pembaca pun bermacam-macam. Ada yang ingin menggurui, ada yang hanya sekedar sharing, menyindir, mengejek, menggurui, memberontak, serius, khusyuk, masa bodo, belas kasih dan sebagainya. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya Waluyo, 1987 125.Dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” nada yang terkandung adalah nada bercerita sharing. Di dalam puisi tersebut, sikap penyair terhadap membaca lebih ingin menceritakan kisah patah hati yang dialaminya. Chairil Anwar ingin mengutarakan serta mengungkapkan eligan dari kegagalan cintanya yang menyebabkan hatinya merasa amat sedih dan terekam. Kegagalan paduan kasihnya itu menyebabkan seolah kehilangan segala-galanya. Hal tersebut terbukti melalui baris-baris puisi di bawah kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada cerita............................................................................menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut............................................................................menyinggung muram, desir hari lari berenang......................................................................dan kini tanah dan air tidur hilang ombakTiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harap................................................................................dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekapDalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” suasana yang terkandung adalah suasana sedih dan kesepian yang mendalam. Suasana sedih dalam puisi tersebut dapat dilihat pada baris-baris puisi berikut kali tidak ada yang mencari cinta...................................................................tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpautGerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenang....................................................................dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.......................................................................................................................................sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekapSelain suasana sedih, suasana kesepian pun membalut isi puisi ini. Suasana kesepian dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” dapat dirasakan pada baris-baris bait pertama dan bait ketiga berikut ini..............................................................di antara gudang, rumah tua, pada cerita...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harap............................................................................................................................................................Amanat yang dapat kita petik dari puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” adalah belajar untuk bisa bangkit dari keterpurukan yang disebabkan oleh cinta. Kegagalan dalam sebuah hubungan cinta bukanlah akhir dari segalanya. Kegaglan tersebut perlu kita hayati dan renungkan secara baik untuk langkah baru yang perlu diperjuangkan. Dari kisah cinta yang padam dalam puisi tersebut, kita pun bisa belajar untuk ikhlas melepas orang yang kita apresiasi puisi, karya-karya puisi penyair Indonesia dapat semakin dikenal. Karya puisi angkatan Pujangga Lama, Pujangga Baru, Balai Pustaka angkatan 45, dan angkatan-angkatan berikutnya merupakan bukti jika sastra bukan hanya sekedar karya. Karya sastra puisi merupakan seruan-suruan yang penuh arti yang sudah menjadi sejarah. Puisi dan sejarahnya perlu kita jaga dan kita Johan Wahyudi, Pengajar Bahasa Indonesia, SMA Trinitas Bandung
Langkahyang dilakukan yaitu menganalisis teks sastra (puisi) untuk menemukan permasalahan yang berhubungan dengan unsur batin dan unsur fisikpuisi “Senja dipelabuhan kecil” Karya Chairil Anwar. Berdasarkan hasil penelitian Stuktur Fisik dan Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga saratdengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain ataumasyarakat melalui karya sastra. Dengan hadirnya karya sastra yang membicarakan persoalan manusia, antara karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Adapun permasalahan manusia merupakan ilham bagi pengarang untuk mengungkapkandirinya dengan media karya sastra. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter dalam Tarigan, 19864 menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang menciptakan melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja melingkar, zigzag dan lain-lain. Haltersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca haltersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalumemiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasikeinginan penulis dalam menciptakan sebuah satra yang baik senantiasa mengandung nilai Volue. Nilai itu dikemas dalamwujud struktur karya sastra, yang secara implisit terdapat dalam alur, latar, tokoh, tema, danamanat atau di dalam larik, rima, dan yang terkandung dalam karya sastra ituadalah, nilai hedonic, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis, moral, atau agama, nilai praktis. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut a. menganalisis aspek sintaksis dan semantic Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar b. menjelaskan aspek Prosodi Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar c. menjelaskan aspek Pragmatis Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sangat luas dan bersifat umum, penulis akhirnya membatasi permasalahan hanya dalam analisis semantic, sintaksis, prosodi dan pragmatis. D. Perumusan Masalah Dari uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah a. menganalisis aspek sintaksis dan semantic Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar b. menjelaskan aspek Prosodi Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar c. menjelaskan aspek Pragmatis Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar E. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut a. Untuk menganalisis aspek sintaksis dan semantic Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar b. Untuk menganalisis aspek Prosodi Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar c. Untuk menganalisis aspek Pragmatis Puisi Senja di Pelabuhan Kecil, karya Chairil Anwar F. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari situs di internet yang di posting oleh Ruth Riska Tobing pada tangal 26 Oktober 2012. G. Kerangka Teori Aspek Prosodi/Persajakan Menurut KBBI edisi ke V, menjelaskan bahwa Prosodi adalah suatu kajian tentang persajakan, yaitu mengkaji tekanan, matra, rima, dan bait dalam sajak. Hal-hal yang mencakup prosodi/persajakan akan dijabarkan sebagai berikut Tekanan Tekanan merujuk kepada bunyi kata yang diucapkan lebih lantang daripada yang lain atau pengucapan kata yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu maksud seperti rasa marah atau sebagai desakan kepada juga merupakan suatu cara menyebut perkataan, frasa atau kalimat dengan memberi penekanan pada tempat tertentu, terutama pada suku kata dengan tujuan untuk menandakan keras atau lembut sesuatu pengucapan. Oleh karena itu, tekanan dapat terletak pada suatu kata. Menurut KBBI, tekanan umumnya terletak pada suku akhir. Matra Menurut KBBI V, matra adalah bagan yang dipakai dalam penyusunan baris sajak yang berhubungan dengan jumlah panjang atau tekanan suku kata. Rima Aspek Semantik Menurut Zaimar aspek semantik memiliki beberapa unsur dan dalam aspek semantik terdapat dua hubungan, yaitu Hubungan sintagmatik, terdapat dua aspek yang dianalisis yaitu urutan peristiwa dan fungsi utama Hubungan paradigmatik, terdapat dua aspek yang dianalisis yaitu indeks dan informan. Aspek tokoh dan latar ruang dan waktu diperoleh dari analisis aspek semantik. Analisis Tokoh Dalam karya sastra tradisional, tokoh mempunyai fungsi mimesis. Ia menggambarkan manusia yang “sebenarnya”. Dalam aspek referensial ini, tokoh mempunyai nama walau kadang tidak spesifik. Penggambaran tokoh ini digunakan untuk menunjukkan koherensi tindakan tokoh dalam karya. Penggambaran ini dikemukakan oleh pencerita, tetapi dapat pula di lakukan oleh tokoh lain. Analisis Ruang Ruang terutama digunakan untuk memberikan kesan realis pada karya. Dalam hal ini penulis mementingkan deskripsi dengan keterangan-keterangan rinci dan khas. Apabila keterangan ruang ini tidak jelas, kesan yang ditimbulkan adalah bahwa peristiwa yang diceritakan bisa terjadi dimana saja. Analisis Waktu Seperti juga ruang, waktu berfungsi untuk menjadikan cerita berakar dalam realita. Tanggal, bulan, dan tahun tertentu yang disebut dalam novel atau cerpen menyebabkan pembaca merasa bahwa peristiwa yang diceritakan benar-benar terjadi; Selain itu termasuk juga ke dalam cerita durasi, yaitu berapa lama cerita berlangsung. Aspek Pragmatik Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Munculnya pendekatan pragmatik bertolak dari teori resepsi sastra dalam khasanah pemahaman karya sastra yang merupakan reaksi terhadap kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan struktural. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audience pembaca atau pendengar, baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran/pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung menilai puisi berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam puisi. Dua pembaca yang sama akan menerima pesan yang berbeda walaupun mereka dihadapkan pada puisi yang sama. BAB II PEMBAHASAN A. Analisis Prosodi Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” termasuk puisi modern. Hal itu dapat kita lihat dari struktur baris dan baitnya. Adanya tanda titik di tengah baris menunjukkan perbedaan puisi tersebut dari puisi lama dan puisi baru. Puisi diatas terdiri atas tiga bait dan tiap-tiap bait dibentuk oleh empat baris. Seluruh bait dan baris mengungkapkan tema kedukaan atas cinta. Tema tersebut, antara lain, tampak pada penggunaan bahasanya. Kata-kata, penggambaran alam, dan suasana yang dilukiskan oleh penyair membantu mengungkapkan tema itu. Dalam puisi ini memang banyak efek kakafoninya sehingga tidak bisa dikatakan puisi merdu. Banyak bunyi yang mengandung k,p,t,s seperti kali, cinta, di antara, tua, cerita, tiang serta temali, kapal, perahu, mempercaya, berpaut, mempercepat, kelam, kelepak, pangkal, akanan, kini, tanah, tidur, tiada, aku sendiri, semenanjung, pengap, masih, sekali, tiba,sekalian, selamat, pantai, keempat, penghabisan, terdekap, dan bisa. Kata-kata itu menimbulkan efek kakafoni, aliterasi tidak-bergerak, pengap-harap serta asonansi ini-kal dan, pada-cerita. Gabungan beberapa unsur bunyi yang terpola tersebut menimbulkan irama yang panjang, lembut dan rendah. Karena irama tersebut menggambarkan kasedihan yang ada pada puisi terbut. Karena irama sajak juga merupakan gambaran akan suasana puisi tersebut. Rima Bait 1 a-a-b-b ta, ta, ut, ut Bait 2 a-a-b-b ang, ang, ak, ak Bait 3 a-b-a-b an, ap, an, ap B. Aspek Pragmantik Bait Pertama Karena cintanya kepada Sri Ayati gagal, penyair merasakan kehampaan dalam hatinya. Cintanya sudah hilang, kisah-kisah masa lalunya yang indah rumah tua pada cerita yang sebelumnya dipenuhi oleh hubungan cintanya dengan sang kekasih pada cerita tiang serta temali kini tiada lagi. Kenangan tentang cintanya itu gudang sangat memukul hatinya. Hatinya tidak lagi dipenuhi oleh keceriaan, harapan, dan hiburan menghembus diri bagaikan perahu yang tidak mempunyai laut. Penyair kehilangan kepercayaannya kepada cinta dalam mempercaya mau berpaut. Hatinya beku seperti mati, tanpa harapan, karena orang yang dicintainya telah meninggalkan diri penyair kapal yang tidak berlaut seperti halnya hidup yang tidak berarti. Bait Kedua Duka hati peyair menambah kelemahan dalam jiwanya. Karena sepi dan kelam itu, suara kelepak elang dapat didengarnya. Suara itu lebih memperdalam kedukaanya, membuat hatinya lebih muram. Harapan-harapan untuk dapat berjumpa dengan kekasih timbul tenggelam seperti hari lari berenang, tetapi kemudian muncul bujukan pangkal akanan. Penyair masih diombang-anbingkan oleh perasaan antara munculnya kembali harapan untuk bercinta kembali dengan sang kekasih dan putusnya harapan itu. Namun, kemudian disadari bahwa harapan yang timbul dan tenggelam itu harus dilupakan karena kekasihnya tidak akan kembali lagi tanah, air tidur, hilang ombak. Jika pada bait pertama perahu kehilangan laut, kini tanah dan air di pantai itu kehilangan ombak. Cinta penyair tinggal bertepuk sebelah tangan akan menimbulkan kedukaan yang sangat dalam. Pada bait kedua, perhatian penyair menyimpit pada suasana alam di pantai. Pada bait pertama perhatian penyair lebih luas tertuju pada bangunan-bangunan yang nampak remang-remang di pantai itu. Bait Ketiga Penyair merefleksikan diri. Semua kejadian itu kemudian dipantulkan kepada dirinya sendiri. Aku liris sudah muncul secara eksplisit. Kekelaman dan rasa mencekam karena cintanya yang gagal direnunginya sendiri. Dia masih sering mengharapkan cintanya akan kembali padanya. Dalam kesendirian dan kehampaan itu, ia merasa suatu ketika sang kekasih akan menemaninya pengap harap. Namun, setelah mendengar jawaban Sri Ayati bahwa dia sudah punya calon suami, kembalilah harapan penyair itu musnah. Bahkan, hilangnya harapan itu dipertegas dengan sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan. Kini penyair tidak lagi menggambarkan hilangnya harapan itu dengan perahu yang tidak berlaut atau tanah, air tidur, hilang ombak, tatapi dengan lebih tegas sekalian selamat jalan. Kalau “selamat jalan’’ sudah diucapkan, itu berarti tidak diharapkan lagi. Dengan demikian, kesedihan penyair kini jauh lebih mendalam. Ratap tangis yang diderita dalam hati menggema sampai jauh, bahkan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Sangat mendalam duka penyair itu karena kehilangan orang yang dicintai. Orang itu memberikan harapan-harapan yang kadang nyata kadang hilang, sehingga pelabuhan harapan itu disebut kecil. C. Aspek Semantik dan Sintaksis Desir Hari Berenang menuju bujuk pangkal akanan > Hari hari telah berlalu dan berlalu dan berganti dengan masa mendatang Mempercaya mau berpaut > Tiada lagi harapan Diantara gudang, rumah tua > Sesuatu yang tidak berguna, seperti si Penyair yang dianggap tidak berguna lagi Majas Metafora Diantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut Harapannya kandas bagai kapal dan perahu yang tidak melaut karena menghempaskan diri dipantai saja Personifikasi Diantara gudang, rumah tua pada cerita Rumah tua yang seakan mampu untuk bercerita Ada juga kelepak elang menyinggung muram Kelepak elang yang seakan mampu menyinggung perasaan orang yang sedang muram Hiperbola Kini tanah dan air tidur hilang ombak Kalimat ini melebih-lebihkan dalamnya kebekuan hati seseorang yang digambarkan Chairil Anwar termasuk penyair Angkatan 45. Angkatan tersebut banyak mengungkapkan aliran realisme dan ekspresionisme. Ekspresi jiwa penyair lebih utama dari kesan-kesan. Judu puisi “Senja di Pelabuha Kecil” tidak mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu pelabuhan kecil, tetapi hanya wakil keadaan jiwa Chairil pada waktu puisi itu diciptakan. Kalau demkian, senja merupakan lambang ekspresi jiwa. Demikian pula dengan pelabuhan kecil. Jadi, dalam hal ini kita berhubungan dengan “senja” dan “pelabuhan” yang “kecil”. Senja melambangka suasana perpisahan atau pergantian atara siang dan malam. Pelabuhan adalah tempat bermula dan berakhirnya suatu perjalanan. Pelabuhan dapat juga melambangkan impian seseorang. Di sini pelabuhan dapat ditafsirkan sebagai impian, cita-cita, atau harapan. Harapan itu kecil karena pelabuhan yang digambarkan oleh penyair itu pun kecil, malah kemudian berpisah dengan harapan itu sehingga ia berduka karenanya. Pernyataan “Buat Sri Ayati” harus dihubungkan dengan aliran realisme yang dianut oleh penyair. Chairil sering menyebut nama-nama wanita yang terlibat cinta dengan dirinya. Kalau demikian, Sri Ayati bukan sekedar nama indah untuk melengkapi puisinya, tetapi nama gadis yang benar-benar berurusan dengan penyair. Chairil menaruh harapan kepada gadis itu hingga suatu saat ia menyatakan cintanya. Namun, cintanya tidak mendapat sambutan karena sang gadis telah memiliki calon suami yang bahkan dikenal oleh penyair. Jadi, jelaslah bahwa puisi di atas bertema kedukaan karena kegagalan cinta penyair terhadap Sri Ayati. Unsur Batin Puisi Tema kedukaan yang mendalam karena kegagalan cinta. Nada pengarang menceritakan kegagalan cintanya dengan nada ratapan yang sangat mendalam, karena lukanya benar-benar sangat dalam. Perasaan pengarang merasakan kesedihan, kedukaan, kesepian, dan kesendirian itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. Bahkan sedu tangisnya menggumandang sampai ke pantai ke empat karena kegagalan cintanya. Amanat pengarang ingin mengungkapkan kegagalan cintanya yang menyebabkan hatinya sedih dan tercekam. Kegagalan cintanya yang menyebabkan seseorang seolah-olah kehilangan segala-galanya. Cinta yang sungguh-sungguh dapat menyebabkan seseorang memahami apa arti kegagalan secara total. BAB IV KESIMPULAN Dari uraian tentang puisi “Senja di Pelabuhan Kecil’’ tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi ini mempunyai nilai literer yang tinggi. Penyair mengungkapkan perasaan dukanya yang kuat melalui struktur bahasa dan struktur batin yang selaras. Harmoni antara struktur bahasa dan struktur batin itu tidak membuat pembaca sukar menafsirkan maknanya. Maka konotatif dalam puisinya masih dapat didekati oleh pembaca, bahkan makna konotatif itu menyebabkan puisinya menjadi intens dan kaya akan makna. DAFTAR PUSTAKA Ratna, Nyoman Khuta. Sosiologi Pustaka Pelajar Tim Kemdikbud. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V. Jakarta Pusat Bahasa Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta Erlangga.
GbSc7Tb.